Pembelajaran Membaca Puisi
a. Pembelajaran sastra di sekolah
Membaca merupakan kegiatan yang sangat penting, dilihat dari
fungsi membaca sendiri (Suyitno;1985. 37-38) untuk penyempurnaan teknik
membaca, untuk penyempurnaan pemahaman isi bacaan, untuk mendapatkan pemahaman
kosakata, untuk mendapatkan penumbuhan kesadaran untuk kepentingan membaca
sebagai sarana mendapatkan informasi, dan untuk mendapatkan penumbuhan sikap
suka mencari kesenangan, kenikmatan, dan kepuasan batin. Artinya dalam membaca
ataupun menuliskarya sastra membutuhkan daya imajinasi sekaligus penalaran
manusia.
Kenyataan saat ini bahwa guru Bahasa Indonesia secara
sepintas lalu umumnya hanya mengajarkan sastra secara teoritis, tidak
apresiatif. Namun penulis disini juga tidak menghakimi sepenuhnya, bahwa
dalam hal pembelajaran disekolah bukan kesalahan sepenuhnya terletak dari
guru mata pelajaran Bahasa Indonesia sendiri, namun beberapa faktor lain
seperti kurikulum yang tidak memadai, tidak adanya soal pada Ujian Akhir
Nasional dan Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Perguruan Tinggi
Negeri (PTN) yang menyinggung masalah pembelajaran sastra khususnya membaca
puisi.
Disisilain karena guru ditargetkan untuk menyelesaikan
kurikulum. Kemendiknas (2011:59) menyatakan penyajian pengajaran sastra hanya
sekedar memenuhi tuntutan kurikulum, kering, kurang hidup, dan cenderung kurang
mendapat tempat dihati siswa. Sehingga pembelajaran sastra hanya sekedar
teoritis belaka, yang penting hanya tercapainya target saja. Adapun
pembelajaran apresiasi sastra yang memerlukan wktu relative lama tidak
dilakukan. Disamping alas an waktu, kemampuan apresiasi sastra sebagian guru
bahasa dan sastra Indonesia yang memiliki kemampuan mengapresiasi sastra
memadai sangatlah jarang .
Sejalan dengan itu aktivitas-aktivitas bersastra disekolah
yang semestinya dilakukan oleh siswa pada hakikatnhya jarang sekali.Aktivitas
seperti membaca, memahami, mendiskusikan, dan membicarakan sastra, menonton
pentas teater/drama dan khususnya dalam bermain drama, menginterpretasi makna
sastra, menuliskan hasil interpretasinya mencipta sastra dan membaca puisi
khususnya dianggap tidak penting oleh guru. Yang sering terjadi adalah
pembelajaran instan dengancara mengajak para siswa menjawab soal-soal lembar
krja siswa (LKS). Selain itu soal-soal sastra alam UAN, UAS dan SPMB juga tidak
apresiatif, yang hanya menanyakan soal teoritis saja.
Setelah dipaparkan beberapa permasalahan yang ada dalam
pembelajara sastra maka guru sastra khususnya guru bahasa Indonesia yang
menjadi aktor utama atau pemegang kunci. Sebab, bagaimana mungkin pembelajaran
sastra akan berjalan apresiatif dan menarik minat siswa untuk mencintai sastra,
jika gurunya sendiri tidak memiliki rasa cinta dengan sastra. Oleh karenanya
guru juga di tuntut agar sekreatif mungkin dalam mengajar.
b. Fungsi sastra dan Pembelajaran sastra
Sastra sangat penting bagi siswa dalam upaya pengembangan
rasa, cipta dan karsa. Fungsi utama sastra yaitu sebagai penghalus budi,
peningkatan rasa kemanusiaan dan kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi
budaya, dan penyalur gagasan, imajinasi dan ekspresi secara kreatif dan
konstruktif. Sastra akan dapat memperkaya pengalaman batin pembacanya. Sebagai
karya imajinatif, Meeker (1972: 8) menyatakan, sastra merupakan konstruksi
unsur-unsur pengalaman hidup, di dalamnya terdapat model-model
hubungan-hubungan dengan alam dan sesama manusia, sehingga sastra dapat
mempengaruhi tanggapan manusia terhadapnya.
Lazar (1993: 24) menjelaskan, bahwa fungsi sastra adalah:
(1) sebagai alat untuk merangsang siswa dalam menggambarkan pengalaman,
perasaan, dan pendapatnya; (2) sebagai alat untuk membantu siswa dalam
mengembangkan kemampuan intelektual dan emosionalnya dalam mempelajari bahasa;
dan (3) sebagai alat untuk memberi stimulus dalam pemerolehan kemampuan berbahasa.
Adapun fungsi pembelajaran sastra adalah: (1) memotivasi siswa dalam menyerap
ekspresi bahasa; (2) alat simulatif dalam language acquisition; (3) media dalam
memahami budaya masyarakat; (4) alat pengembangan kemampuan interpretative; dan
(5) sarana untuk mendidik manusia seutuhnya (educating the whole person).
Frey (1974: 129) mengemukakan bahwa melalui pembelajaran sastra yang apresiatif
diharapkan pembelajaran sastra dapat membentuk pengembangan imajinasi pada
siswa. Sebagai contoh melalui membaca puisi siswa dapat mengetahui makna yg
terdapat dalam diksi puisi, dapat membuat dan menikmati dan merasakan apa yang
ada dalam puisi khususnya emosi dari pengarangny serta nilai-nilai
kearifan dalam kehidupan. Membaca puisi dengan tehnik tertentu bisa mengajak
pendengar untuk merasakan apa yang kita baca.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sastra
memiliki fungsi dan manfaat yang penting bag kehidupan. Dalam proses
pembealajaran,sastra dapat dimanfaat oleh guru sebagai alat untuk meningkatkan
kepekaan siswa terhadap nilai-nilai dari kearifan dalam mengahadapi kehidupan
yang kompleks dan multidimensi. Dimana didalamnya termasuk realitas social,
lingkungan hidup, kedamaian dan perpeahan, kejujuran dan kecurangan, cinta
kasih dan kebencian, kesalihan dan kezhaliman, serta ketuhanan dan kemanusiaan.
Dengan demikian melalui pembelajaran apresiasi sastra yang
apresiatif, diharapkan siswa mampu membentuk dirinya menjadi manusia yang
seutuhnya yang dapat diterima eksistensinya dilingkungannya sehingga dapat
hidup ditengah masyarakat dan terus berkarya demi mengisi kehidupan yang lebih
bermakna.
c. Hakikat Puisi dan Membaca Puisi
Aminudin (2002), Hudson mengungkapkan bahwa puisi merupakan
salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian
untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, dimana kata-kata yang digunakan tentunya
bersifat kiasan. Luxemburg,et:1987) mengungkapkan bahwa puisis merupakan
pengungkapan perasaan. Jadi puisis merupakan sebuah karya sastra yang
mengungkapkan perasaan dimana didalamnya terdapat imajanasi yang berbentuk
kata-kata yang bersifat kiasan. Sementara itu dalam puisi juga terdapat
unsur-unsur estetika (keindahan), misalnya gaya bahasa dan komposisinya,
misalnya persajakan, diksi (pilihan kata), irama, dan gaya bahasa. Gaya bahasa
meliputi semua pengunaan bahasa secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu
yakni efek estetika atau aspek kepuitisan.
Ketika seseorang ingin mengetahui efek estetika atau aspek
kepuitisan yang ada dalam sebuah puisi pastinya sesorang harus memahami sebuah
karya sastra itu. Caranya adalah dengan kegiatan membaca. Jadi dalam upaya
pemahaman unsure-unsur yang terdapat dalam suatu cipta sastra khususnya puisi
hendaknya seorang apresiator dapat memahami hakikat membaca. Dalam teori membaca
Todorov, member batasan dalam kegiatan membaca suatu cipta sastra, diantaranya
: 1) proyeksi, 2) komentar, dan 3) puitika.
Dalam tahap proyeksi, kegiatan pembaca adalah
memahami unsur-unsur di luar teks, tetapi yang secara kongruen atau secara
laras dan bersama-sama menunjang kehadiran teks. Unsur-unsur itu meliputi
kehidupan pengarang, kehidupan sosial masyarakat, yang melatari kehidupan teks
sastra serta system konvensi yang dianuti pengarangnya. Dalam tahap komentar,
seorang pembaca memahami isi paparan teks
yang terbatas pada bentuk paparan yang “tersisa” dari
jangkauan pemahaman pembaca. Oleh karena itu, ada tiga tahap kegiatan yang
terdapat dalam komentar, yakni:
1) Eksplikasi, yakni menguraikan isi paparan yang belum
dipahami dengan jalan menghubungkannya dengan isi bagian paparan lain yang
sudah dipahami.
2) Elusidasi, yakni menerangkan secara jelas hasil uraian
isi paparan yang belum dipahami dalam kaitannya dengan bagian isi paparan yang
lainnya ssecara umum.
3) Précis, yakni meringkas uraian panjang lebar
tentang isi paparan yang belum dipahami sesuai dengan ketepatan dan
keselarasannya dengan isi dalam bagian lain dari teks itu sendiri. Kegiatan
terakhir adalah paraphrase.
Pada tahap puitika, pembaca harus berusaha memahami
kaidah-kaidah abstrak yang secara instrinsik terdapat dalam teks sastra itu
sendiri. Dalam hal ini, kaidah abstrak tersebut dapat dipahami melalui dua
tahap kegiatan, antara lain, 1) inter-pretasi, dan 2) deskripsi. Interpretasi
terhadap makna dalam teks sastra dalam hal ini harus bertolak dari realitas
yang ada dalam teks sastra itu sendiri.
Tahap kedua adalah deskripsi. Meskipun deskripsi itu tampak
terlalu ilmiah untuk mengkaji ragam seni, tetapi menurut Todorov, isitilah
tersebut memiliki nuansa arti sendiri. Bila dalam metode deskriptif adalah
metode yang bertujuan memberikan perolehan realitas yang diteliti apa adanya,
maka tahap pendeskripsian makna dalam teks sastra diharapkan sepenuhnya
bertolak dari makna yang terkandung dalam teks sastra itu sendiri.
d. Pembelajaran Membaca Puisi
Dalam pembelajaran membaca puisi hal yang perlu diperhatikan
adalah siswa, sasaran, metode dan evaluasi. Setelah persiapan pembelajaran
dilakukan, dilaksanakan pembelajaran keterampilan membaca puisi dengan
menggunakan metode belanja video. Dimana tehnik awalnya kegiatan siswa
menaksikan video, belanja video, mendiskusijan video, dan menerapkan tehnik
membacakan puisi sesuai dengan video yang sudah dipilih atau dibeli siswa.
Penulis menggunakan metode ini agar dapat menstimuli siswa dalam berimajinasi
untuk mengembangkan dan teknik membaca puisi dengan jenis berbeda serta
menciptakan puisi atau dalam hal menulis puisi.
Dalam langkar pra membaca siswa diajak memahami puisi yang
akan dibacakan dengan membicarakan kosakata yang dianggap sukar bagi siswa.
Kemudian dilanjutkan dengan membari tanda jeda pada baris-baris puisi guna
mengatur pernafasan. Ketika siswa menyaksiskan video pembacaan puisi
tidak lupa mendiskusikan apa yang sudah siswa saksikan. Pada tahap pasca
membaca siswa dapat menerapkan keterampilannya dengan pembacaan puisi yang lain
atau dengan aspek-aspek yang dipelajari dalam membaca puisi.
e. Teknik Pembelajaran Membaca Puisi
Teknik yang digunakan dalam pembelajaran membaca puisi kali
ini menggunakan pendekatan structural atau disebut dengan membacakan puisi
terpapar. Dimana teknik pebelajaran membaca puisi ini dilakukan secara
berkesinambungan. Adapun tehnik pembelajaran membacakan puisi terpapar sebagai
berikut :
Pendekatan Struktual
Sebelum melakukan pendekatan ini, siswa diharuskan untuk
mencari puisi yang akan dibacakan. Siswa boleh memilih satu puisi dari berbagai
macam sumber.
a. Membaca berulang-ulang
Tahap ini merupakan tahap mengenali bentuk puisi. Dengan
membaca berulang-ulang, akan diketahui bentuk puisi berikut makna yang hendak
disam-paikan penyair. Tipografi puisi dapat digali hingga menemukan maksud
penyair.
b. Memberinya
jeda
Setelah memahami bentuknya, berilah tanda jeda agar
memperoleh rima yang enak didengar saat membacakan puisi nanti. Tanda jeda (/)
diletakkan di antara kata yang hendak dipisah pelafalannya. Harapanya, dengan
pemberian tanda jeda, dapat mempermudah untuk menyampaikan isi dari puisi
kepada pendengar (penonton). Dengan pemenggalan tanda yang tepat, setidaknya
makna yang disampaikan lebih baik.
c. Mencari
alur
Setiap karya sastra yang baik, tentu memiliki alur cerita
yang ditandai dengan puncak alur sebagai konflik. Dalam puisi, penulis melihat
adanya puncak konflik itu. Dengan menemukan alur, puisi dapat dibacakan secara
tepat. Pembaca puisi harus bisa membedakan suara ketika sedang membaca-kan
bait-bait yang merupakan penciptaan konflik, konflik, hingga penyelesaian
konflik. Dengan demikian, siswa akan mengetahui bait-bait mana yang harus
dibacakan secara maksimal.
d.
Memahami makna secara intensif
Setelah melakukan tahapan di atas, tahapan terakhir adalah
tahapan yang memerlukan waktu cukup lama untuk menafsirkan kembali makna puisi.
Penafsiran ini membutuhkan waktu yang sangat lama. Proses perenungan ba-banyak
terjadi di sini. Tidak cukup 10-20 menit untuk mencari “nyawa” dari puisi yang
dipilih, melainkan bisa memakan waktu 2-3 hari. Pada awal tahap ini harus
dilakukan secara serius, kemudian boleh dilakukan di sela-sela aktivitas
sehari-hari, misal sambil makan.
Bentuk dan Gaya Baca Puisi
Kegitan ini dilakukkan proses : 1) pelafalan, 2) penentuan
kualitas bunyi: tinggi-rendah, keras-lunak, 3) tempo, dan 4) irama. Selain
keempat aspek tersebut, membaca secara lisan juga melibatkan aspek tubuh, pembaca
juga harus mampu menata gerak mimik atau facial expression, gerak
bagian-bagian tubuh atau gesture, maupun penataan posisi tubuh atau posture.
Juga, eye contact sebagai salah satu upa-ya menciptakan hubungan batin
dengan pendengarnya juga harus diperhatikan.
Ciri khas dari bentuk dan gaya baca
puisi ini adalah diperkenankannya pembaca membawa teks puisi. Adapun posisi
dalam bentuk dan gaya baca puisi ini dapat dilakukan dengan (1) berdiri, (2)
duduk, dan (3) berdiri, duduk, dan bergerak.
Jika pembaca memilih bentuk dan gaya
baca dengan posisi berdiri, maka pesan puisi disampaikan melalui gerakan badan,
kepala, wajah, dan tangan. Intonasi baca seperti keras lemah, cepat lambat,
tinggi rendah dilakukan dengan cara sederhana. Bentuk dan gaya baca puisi ini
relatif mudah dilakukan.
Jika pembaca memilih bentuk dan gaya
baca dengan posisi duduk, maka pesan puisi disampaikan melalui (1)
gerakan-gerakan kepala: mengenadah,
menunduk menoleh, (2) gerakan raut wajah: mengerutkan dahi, mengangkat alis,
(3) gerakan mata: membelakak, meredup, memejam, (4) gerakan bibir: ter-senyum, mengatup, melongo, dan (5) gerakan tangan, bahu, dan badan,
dilakukan seperlunya. Sedangkan intonasi baca dilakukan dengan cara (1) membaca
dengan keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan lambat kata-kata tertentu, dan (3) membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu.
Jika pembaca memilih bentuk dan gaya
baca puisi duduk, berdiri, dan bergerak, maka yang harus dilakukan pada posisi
duduk adalah (1) memilih sikap duduk dengan santai, (2) arah dan pandangan mata
dilakukan secara bervariasi, dan (3) melakukan gerakan tangan dilakuakan dengan
seperlunya. Sedang yang dilakukan pada saat berdiri adalah (1) mengambil sikap
santai, (2) gerakan tangan, gerakan bahu, dan posisi berdiri dilakukan dengan
bebas, dan (3) ekspresi wajah: kerutan dahi, gerakan mata, senyuman dilakukan
dengan wajar. Yang dilakukan pada saat bergerak adalah (1) melakukan dengan
tenang dan terkendali, dan (2) menghindari gerakan-gerakan yang berlebihan.
Intonasi baca dilakukan dengan cara (1) membaca dengan keras kata-kata
tertentu, (2) membaca dengan lambat kata-kata tertentu,
dan (3) membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu.
f. Media Pembelajaran
Media pembelajran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk
menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi
antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Media pembelajaran selalu terdiri
atas 2 unsur penting, yaitu unsur peralatan (hardware) dan unsur pesan yang
dibawanya (software). Perangkat keras adalah sarana atau peralatan yang
digunakan untuk menyajikan pesan/bahan ajar tersebut. Sedangkan perangkat lunak
(software) adalah informasi atau bahan ajar itu sendiri yang akan disampaikan
kepada siswa.
Dalam proses belajar-mengajar, media mempunyai arti yang
cukup penting. Karena dalam kegiatan pembelajaran, ketidakjelasan bahan yang
disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media
dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau
kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan pembelajaran dapat dikonkretkan
dengan kehadiran media. Dengan demikian, anak didik lebih mu-dah mencerna bahan
pembelajaran daripada tanpa menggunakan media.
Hal yang harus dipertimbangkan dalam menggunakan media
adalah tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Oleh karena itu, tujuan
pembelajaran yang berupa kompetensi dasar tertentu dalam kurikulum harus
dijadikan dasar penggunaan media pembelajaran. Nana Sudjana (dalam Syiful
Bahhri Djamarah dan Aswan Zain, 2006:155) menyatakan beberapa fungsi media
pembelajaran. Fungsi media pembelajaran tersebut antara lain: 1) meletakkan
dasar-dasar yang nyata untuk berpikir, sehingga dapat mengurangi verbalisme, 2)
meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah
mantap, 3) memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan
berusaha sendiri pada setiap siswa, 4) memberikan pengalaman yang tidak mudah
dengan cara lain, 5) bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga
siswa akan lebih paham dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran
dengan baik.
Sementara itu, Harjanto (2006:237) mengelompokkan media
pembelajaran menjadi empat jenis, yaitu: 1) media grafis atau media dua
dimensi, seperti gambar, foto, grafik, bagan, poster, kartun, komik, dll., 2)
media tiga dimensi, yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid model),
model penampang, model susun, dll., 3) media proyeksi seperti slide, filmstrip,
film, OHP, video klip dll., dan 4) lingkungan.
Ketika seorang guru menggunakan media dalam pembelajarannya
sebagai alat bantu dalam proses mengajar, harus didasarkan pada criteria objek.
Sebab penggunaan media pembelajaran tidak sekedar menampilkan program
pengajaran didalam kelas, tetpai juga mempertimbangkan tujuan pebelajaran,,
strategi yang digunakan, termasuk bahan pembelajarannya.
Lagkah-langkah dari metode belanja video
1. Siswa mengamati cuplikan tayangan video yang telah
disediakan oleh guru. Kegiatan ini dilakukan secara berkelompok
2. Guru mengajak siswa untuk berdiskusi dan menjelaskan
tehnik membaca puisi
3. Guru menyiapkan keranjang (sejumlah 4 buah tergantung
jumlah kelompok), replika uang, replika keeping cd. Replika uang dan keranjang
dibagikan kepada masing-masing kelompok. Kemudian guru memanggil ketua dari
masing-masing kelompok untuk berbelanja kepingan cd yg sudh disusun rapi di
depan kelas.
4. Setelah masing-masing kelompok selesai berbelanja, guru
membagikan lembarakan kertas yang berisi naskah puisi.
5. Siswa dan guru menyaksikan cuplikan masing-masing video
yang dipilik. Kemudian berdiskusi dan menand kata-kata yang dianggap sulit
ketika dibaca, menandai penjedaan, mendeskripsikan gerakan yang sesuai dengan
makna puisi dan memahami maksud isi puisi
6. Guru memberikan siswa kesempatan 15 menin untuk memahami
maksud dari puisi yang akan dibaca siswa.
7. Masing-masing kelompok maju satu persatu untuk membacakan
puisi dengan menggunakan irama, volume, mimik dan kinestik sesuai dengan isi
puisi
8. Guru melakukan refleksi dengan cara memberikan kesempatan
siswa bertanyajawab menenai materi membaca puisi
9. Sebelum menutup kesiatan guru bersama siswa menyimpulkan
darihasil kegiatan yang dilakukan dan materi yang dipelajari hari ini
C. KESIMPULAN
Pembelajaran keterampilan berbicara merupakan salah satu
kompetensi yang wajib dalam kurikulum BahasaIndonesia. Melalu pembelajaran
membaca puisi siswa dilatih agar peka terhadap kehidupan yang terjadi
dimasyarakat, berlatih meningkatkan kepercayaan diri dan melatih siswa dalam
memperbanyak kosakata dari segi kebahasaannya.
Jadi pembelajaran apresiasi sastra khususnya membaca puisi
tidak seharusnya dihindari oleh para guru, meskipun dpada kenyataannya soal
dalam tes UN dan SPMB tidak ada, pada akhirnya siswa juga harus memiliki
kepekan moral mengenai kehidupan disekitarnya. Diaharapkan dengan fenomena
permsalah yang sudah dipaparkan diatas metode belanja video bisa membatu para
guru dalam mencari alternatif. Sehingga guru juga mengetahui bahwa prosedur
dalam memilih dan memilah bahan ajar bagi siswa haruslak selktif atau tidak
manasuka.