Memahami
dan Mencipta Cerita Fantasi
A.
Mengidentifikasi Unsur Cerita Fantasi
Narasi
merupakan cerita fiksi yang berisi perkembangan kejadian/peristiwa. Rangkaian
peristiwa dalam cerita disebut alur.
Rangkaian
peristiwa dalam cerita digerakkan dengan hukum sebab-akibat. Cerita berkembang
dari tahap pengenalan (apa, siapa, dan di mana kejadian terjadi), timbulnya
pertentangan, dan penyelesaian/akhir cerita.
Cerita
fantasi adalah cerita fiksi bergenre fantasi “dunia imajinatif yang diciptakan
penulis”, yang pada cerita fantasi hal yang tidak mungkin dapat dijadikan
biasa. Tokoh dan latar diciptakan penulis tidak ada di dunia nyata atau
modifikasi dunia nyata, tema fantasi ialah majik, sipernatural atau futuristi
Ciri-Ciri
Cerita Fantasi
Berikut
ini terdapat beberapa ciri-ciri cerita fantasi, terdiri dari:
1. Memiliki ide cerita yang tidak dibatasi
oleh realita atau kenyataan dunia (bersifat fiksi).
2. Didalam cerita terdapat keanehan seperti
sihir, makhluk ajaib, maupun sesuatu yang misterius.
3. Penggunaan latar dapat menembus ruang dan
waktu.
4. Tokoh yang memiliki keunikan tersendiri
seperti memiliki kekuatan super untuk menyelamatkan dunia.
5. Karena cerita fantasi menggunakan khayalan
maka cerita ini termasuk dalam kategori contoh cerita fiksi.
Struktur Teks Cerita Fantasi
Pada
umumnya struktur teks fantasi hampir sama dengan struktur teks narasi yaitu
terdiri dari orientasi, konflik, resolusi dan ending.
Adapun
penjelasan dari masing masing struktur teks fantasi adalah sebagai berikut:
a.
Orientasi : Pengenalan atau orientasi merupakan sebuah bagian dimana pengarang
memberikan pengenalan tentang penokohan, tema, dan sedikit alur cerita kepada
pembacanya.
b.
Konflik : Konflik sendiri merupakan bagian dimana terjadi permasalahan dimulai
dari awal permasalahan hingga menuju ke puncak permasalahan.
c.
Resolusi : Resolusi merupakan penyelesaian dari permasalahan atau konflik yang
tejadi. Resolusi sendiri merupakan bagian penentu yang akan mengarah pada
ending.
d.
Ending : Ending merupakan penutup cerita fantasi. Ending sendiri dapat
dibedakan menjadi dua yakni happy ending dimana tokoh utama menang dan hidup
bahagia. Dan yang lain adalah sad ending dimana tokoh utama tewas setelah
mencapai tujuan dan sebagainya.
B.
Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi yang Dibaca/Didengar
Dalam
rangka menceritakan kembali isi cerita fantasi dapat dilakukan dengan menjawab
beberapa pertanyaan seperti:
a.
Urutkan kejadian yang dialami tokoh pada cerita fantasi.
b.
Siapa tokoh dan bagaimana watak tokoh yang ada pada cerita?
c.
Pesan apa yang akan disampaikan pengarang melalui ceritanya?
d.
Kejadian mana yang mungkin terjadi di dunia nyata dan mana yang tidak mungkin
terjadi dalam dunia nyata?
C.
Menelaah Struktur dan Bahasa Cerita Fantasi
Struktur
Cerita Fantasi dapat ditelaah melalui tiga kegiatan yaitu;
1. Orientasi, pengenalan tokoh, latar, watak
tokoh, dan konflik.
2. Komplikasi, berisi hubungan sebab akibat
sehingga muncul masalah hingga masalah itu memuncak.
3. Resolusi, berisi penyelesaian masalah dari
konflik yang terjadi.
Sedangkan
ciri kebahasaan pada Cerita Fantasi antara lain:
a.
Penggunaan kata ganti dan nama orang sebagai sudut pandang penceritaan (aku,
mereka, dia, Erza, Doni)
b.
Penggunaan kata yang mencerap pancaindra untuk deskripsi latar (tempat, waktu,
suasana)
c.
Menggunakan pilihan kata dengan makna kias dan makna khusus.
d.
Kata sambung penanda urutan waktu.
e.
Penggunaan kata/ungkapan keterkejutan berfungsi untuk menggerakkan cerita
(memulai masalah)
f
. Penggunaan dialog/ kalimat langsung dalam cerita.
D.
Menyajikan Cerita Fantasi
Hal-hal
yang harus diperhatikan apabila akan menyajikan cerita fantasi:
1. Merencanakan cerita.
2. Penggalian ide cerita fantasi dari membaca.
3. Membuat rangkaian peristiwa.
4. Mengembangkan cerita fantasi.
E.
Contoh Cerita Fantasi
Kotaku Yang
Malang
Namaku
Sasha. Setiap hari aku berangkat sekolah dengan menaiki mobil yang pintu dan
jendelanya ditutup rapat. Orang lain pun juga sama sepertiku. Sekarang sudah
jarang sekali orang berjalan kaki bila ingin bepergian. Hanya ada beberapa
orang saja yang berjalan kaki, yaitu orang yang kurang mampu. Mengapa mereka
semua bertingkah seperti ini? Tidak seperti Dulu yang menaiki apa saja dengan ruang,
berjalan kaki dengan sedang. Semua ini ulah manusia yang tidak memperhatikan
atau mempedulikan lingkungan sekitar. Sampah plastik berserakan, kaleng-kaleng
bekas, makanan sisa dan semua sampah kecil maupun besar, semuanya ada di jalan
yang biasa mamusia pakai.
“Ckiit..”
mobilku sudah berhenti di depan gerbang sekolahku. “Sudah sampai nak” kata
ayah, aku mengangguk lalu bilang “terimakasih ayah, jangan lupa ya kalo keluar
mobil pake masker, jaket dan kacamata biar ayah nggak sakit” jelasku. Ayah
tersenyum, lalu aku melambaikan tangan dan langsung menuju ke dalam sekolah.
Saat
aku masuk ke dalam kelas, hanya ada 12 orang anak termasuk aku. Banyak sekali
anak-anak yang telah meninggal ada 8 orang anak, yang jatuh sakit ada 19 orang
anak dan yang keluar sekolah ada 5 orang anak.
“Hai
Lili” kataku kepada teman sebangkuku. Dia terlihat pucat dan sering
batuk-batuk. “Kamu sakit?” tanyaku cemas. Dia tidak menjawab.
Besoknya
saat aku masuk kelas Lili tidak ada. Lalu aku menanyakan keberadaan Lili kepada
Akia. Sungguh sedih mendengar kabar dari Akia bahwa Lili sekarang dirawat di
rumah sakit ditempatkan di ICU, dia sekarat. Aku langsung menangis tak
henti-henti.
Andaikan
seperti 10 tahun kebelakang, kota ini begitu bersih, indah, udaranya sejuk, dan
lebih banyak orang yang berjalan kaki. “Kita doakan saja semoga Lili baik-baik
saja” jelas Akia sambil menenangkanku.
Pulangnya
saat aku sampai rummah. Ibu langsung memelukku dan berkata Lili telah tiara.
Aku langsung menangis, ibu menenangkanku. “Kita melayat yuk sayang” jelas ibu
sambil membelaiku. Aku mengangguk. Lalu kami pergi menggunakan mobil satu lagi.
Mulamya
kami pergi ke rumah sakit yang ditempati Lili. Tapi jelas perawat jeazahnya
sudah dibawa ke rumahnya. Lalu kami pun pergi ke rumahnya. Setelah sampai aku
langsung keluar dari mobil tanpa menggunakan masker. Aku sudah tak peduli. Saat
aku masuk ke rumahnya aku langsung menemui jenazahnya dan memeluknya sembari
mengatakan “Semoga kau baik-baik saja di sana” tangisku semakin deras. Mama
yang sedang menenangkan ibunya Lili pun saat melihatku ikut menangis. “Jangan
lupakan aku sobat”. Setelah aku mengucapkan itu aku melihat sosok perempuan
yang anggun dan cantik, wajahnya bersinar layaknya sinar bulan. Lulu gadis itu
mengucapkan “aku tidak akan pernah melupakammuSa, terimakasih untuk segalanya”.
Tangisku menjadi deras sekali. Aku yakin Lili bahagia di sana.
Pewaris
Terakhir
Aku memandangi senjataku yang sudah berlumur
darah, Ini semua salah mereka.. Siapa yang suruh menyerang dan memburuku.
Mentari semakin bersembunyi dibalik gusarnya
kekacauan kerajaan. Takdirku bagai tertulis di lembar usang, terlupakan dan
juga dicari disaat yang bersamaan, kutarik rambut panjangku ke belakang telinga
dan mulai melangkah melalui sekumpulan mayat tentara berbaju besi yang tamak
akan kenaikan pangkat. Bodoh… Mereka hanya memikirkan hasil tanpa peduli
prosesnya, padahal jelas-jelas Akulah Sang Pewaris Terakhir dari kerjaan yang
penuh kutukan itu. Pewaris dari Pedang yang akan memakan sisi manusiamu jika
kau lengah, Pewaris dari mahkota berkarat yang diperebutkan begitu keras.
Muncul
lagi seseorang di hadapanku, kembali kutarik pedang yang adalah musuh sekaligus
kawanku, Lelaki itu tersenyum kecil, dia adalah salah satu orang yang ikut
serta dalam perebutan Takhta.
Mata
hitamnya memandangiku tajam “Tidak apa-apa jika kau tidak ingin, tapi… kenapa
kau juga menarik pedang untukku?” ujarnya, Aku menatapnya siaga.
“Aku…
Tidak peduli dengan siapapun, aku hanya ingin hidup” sahutku.
“Bohong”
ia menyahut tanpa ragu “kau juga ingin ditemukan” lanjutnya, Aku terdiam sesaat
tanpa melonggarkan pertahananku.
Ia
maju berberapa langkah dan mengusap darah di wajahku “Aku menemukanmu” ujarnya
lagi sambil tersenyum.
“Kenapa?
Kenapa? semuanya seperti ini? Padahal Papa bilang semuanya akan baik-baik saja
Jika aku tidak tidur terlalu malam, dan Mama bilang semuanya akan berakhir
bahagia jika Aku menjadi anak baik, tapi kenapa? Mereka meninggalkanku dengan
beban begitu besar.. Aku tidak ingin menjadi Raja, aku tidak menginginkan
Mahkota ataupun kekuasaan, aku hanya ingin rakyatku bahagia” Aku sudah tidak
tahan lagi, Lelaki tadi memelukku, dialah Tunanganku ketika situasi masih
baik-baik saja, Dan saat itu juga darah mengucur dari perutnya yang sudah
berlubang.
“Tapi
Akulah sang Pewarias terakhir” Aku masih berada dalam dekapannya yang penuh
darah atas senjataku “Akulah orang yang akan menguasai semuanya, bukan dirimu,
bukan Paman ataupun musuh kita… Hanya Aku… Aku seorang” lanjutku.
Ia
memelukku semakin erat, kurasakan bahuku basah akan sesuatu yang hangat.
“tidak
apa-apa.. Aku sudah menemukanmu, karena itu… Jangan sembunyi lagi, MyLady”
ujarnya dan tubuhnya gontai kehilangan nyawa, Kutelentangkan jasadnya dan
kututup dengan jaket yang biasa kupakai.
Aku
Bukan Patung
Awalnya
gelap, tapi tiba-tiba… cahaya mentari menyilaukan. Sangat menyilaukan, tapi
kenapa aku tidak bisa menutup mataku? Ya Tuhan, apa yang terjadi padaku?
Tubuhku, oh tubuhku tidak bisa bergerak. Kenapa tubuhku membeku seperti ini?
Kenapa ini Tuhan? Air, ikan koi, bunga teratai merah muda? Aku dikelilingi
mereka. Aku berada di tengah-tengah… kolam? Kenapa aku bisa berada di tengah
kolam ini, Tuhan?
Burung
pipit kecil hinggap di bahuku, meloncat, lalu pergi. Hei burung pipit kecil,
tolong aku, aku tidak bisa bergerak. Hei, jangan pergi.. ya Tuhan, bagaimana
ini? Apakah suaraku tidak terdengar? Siapapun, aku mohon tolong aku!
Sepanjang
hari, orang-orang yang lewat menyebutku tampan. Ah, benarkah. Aku bahkan tidak
menyadarinya. Aku terdiam lagi, mendengarkan gemericik pancuran air kolam,
mengamati bunga teratai merah muda yang perlahan mekar, meninggalkan masa
kuncupnya. Bunga mawar merah muda, bunga lily, anyelir, bunga kertas di tepi
kolam juga ikut mekar. Rumput yang hijau berembun dan pohon-pohon rindang yang
meneteskan embun di ujung-ujung daunnya terlihat segar. Indah sekali mereka,
aku baru menyadarinya. Embun itu menguap sekarang.
Gemericik
pancuran kolam, ikan koi yang tenang, bunga teratai merah muda kuncup dan
mekar. Aku menikmati semuanya. Berulang-ulang. Apa yang harus aku lakukan
sekarang? Haruskah aku terperangkap di sini selamanya? Begini selamanya di
tengah-tengah kolam?
Lalu,
entah kenapa kali ini pandanganku tertuju pada sosok gadis cantik berbaju krem
lembut. Ia berjalan perlahan. Rambut lurus hitam terurai, bola mata coklat
indah, bulu mata lentik, bibir merekah, kulit putih langsat berjalan perlahan,
ke arahku. Ah tidak, ia berjalan lalu duduk di kursi tepat di depanku. Ia
mengeluarkan buku dari tas tangan kecil putihnya dan membuka perlahan buku itu.
Lalu,
bola matanya bergerak ke kanan dan ke kiri dengan lincah. Tapi, tiba-tiba
matanya memandang padaku, melihatku agak lama, dan kemudian berjalan ke arahku.
Apakah dia bisa mendengarku? “Patung ini bagus sekali, terlihat tampan.” Ia
lalu mengambil sesuatu di tas putihnya. Sebuah ponsel. Ia lalu mengambil
gambarku dengan ponsel itu dan kemudian tersenyum. Oh, Tuhan.
Sementara
ia di dekatku, ingin sekali aku memetik dan memberikan setangkai mawar merah
muda yang ada di pinggir kolam ini padanya. Ah, tidak, menyapanya saja, itu
sudah cukup bagiku. Tapi apa daya, aku tidak bisa bergerak. Tubuhku beku.
Bibirku bisu. Aku hanya sebuah patung tembaga di tengah-tengah kolam ikan koi
kecil. Satu-satunya yang bisa kulakukan adalah melihatnya, melihatnya, dan…
melihatnya pergi.
Gadis
itu pergi, gadis itu pergi. Oh, Tuhan, betapa menyedihkannya aku. Aku tidak
bisa apa-apa. Aku hanya patung, tidak bisa bergerak, berjalan, ataupun berlari.
Bicara pun aku tak bisa. Menutup mataku karena mentari yang menyilaukan pun aku
tak bisa. Kenapa aku hanya sebuah patung? Patung yang indah, tampan, tapi tidak
berguna. Kenapa? kenapa aku hanya sebuah patung? Kenapa? Kenapaaaa?
Perlahan,
aku membuka mataku. Terasa berat. Kukedipkan mataku, berkali-kali. Kuraba
wajahku, masih lengkap dan tidak keras. Hanya tulang hidungku yang keras.
Kugerakkan kepalaku, ke kanan dan ke kiri, jari tanganku, lenganku, kakiku,
semuanya, dan yang terakhir adalah badanku.
Oh,
aku masih berbaring di atas kasur empukku dan selimut hangat. Ternyata hanya
mimpi. Aku sedikit lega. Tuhan, aku bukan patung, aku bukan patung, dan jangan
jadikan aku patung. Aku adalah manusia. Aku janji akan mearaih tujuanku,
cita-citaku, hidupku. Aku tidak akan malas. Aku tidak akan menyia-nyiakannya.
Aku tidak akan membiarkannya pergi. Sekarang.
Demikian,
Materi Bahasa Indonesia Kelas 7 : Memahami dan Mencipta Cerita Fantasi, semoga
bermanfaat.